Mitos Tentang Masalah Mental Yang Ternyata Tidak Benar, Kamu Harus tahu!

47
Mitos Tentang Masalah Mental Yang Ternyata Tidak Benar, Kamu Harus tahu!
Photo By: doktersehat.com

Mitos Tentang Masalah Mental Yang Ternyata Tidak Benar, Kamu Harus tahu! – Kesehatan mental beberapa waktu ini menjadi topik hangat yang dibicarakan.

Selama masa pandemi, beberapa studi mengatakan bahwa tingkat gangguan kesehatan mental meningkat semenjak adanya kebijakan WFH dan PSBB.

Sering dengan ramanya topik kesehatan mental diperbincangkan, banyak juga yang beredar hoax mengenai mental health yang kemudian banyak dipercaya banyak orang. Tapi, semua mitos itu tidak benar sama sekali.

Nah, berikut ini merupakan mitos tentang masalah mental yang sama sekali tidak benar, yaitu di antaranya:

Semua Orang Dengan Penyakit Mental Melakukan Kekerasan

Mitos yang pertama adalah asumsi yang mengatakan semua orang dengan penyakit mental akan melakukan kekerasan. Jelas ini adalah mitos yang tak benar sama sekali. Kekerasan merupakan salah satu stereotip dari gangguan mental.

Faktanya, memang benar ada beberapa orang yang memiliki penyakit mental tertentu dapat bertindak kasar dan tidak terduga, tetapi mereka terhitung minoritas.

Bahkan, seorang profesor psikiatri di komunitas King’s College London Inggris, Sir Graham Thornicroft mengatakan, “Orang dengan penyakit mental lebih sering menjadi korban kekerasan dari pada pelakunya.”

Masalah Mental Bersifat Permanen

Setiap diagnosis kesehatan mental memiliki rentan waktu yang berbeda-beda. Belum tentu seumur hidup, tergantung kondisi sang penderitanya.

Untuk informasi yang mengatakan penyakit mental sifatnya permanen, itu hanyalah mitos belaka yang tidak benar.

Baca Juga : Tanpa Disadari, Kebiasaan Sehari-hari ini Dapat Merusak Fungsi Otak

Pengalam setiap individu dengan penyakit mental pastinya akan berbeda-beda. Ada orang yang dengan cepat bisa pulih dan kembali normal, namun sebagian orang memerlukan waktu untuk pengobatan dan terapi yang dapat mengembalikan keseimbangan hidup mereka.

Gangguan Makan Hanya Menyerang Perempuan

Mitos ini juga banyak dipercaya masyarakat. Hingga ada stereotip yang mengatakan bahwa kelainan makan hanya dialami oleh perempuan muda, kulit putih, dan kaya. Nyatanya gangguan makan seperti GERD bisa menyerang siapa saja dengan pemicu utama Stress berlebih.

Fakta dari sebuah penelitian mengatakan bahwa peningkatan gangguan makan yang paling signifikan justru terjadi pada pria, seseorang dari keluarga berpenghasilan rendah, dan orang berusia 45 tahun keatas.

Pengidap SKizofrenia Selalu Memiliki Kepribadian Ganda

Anggapan ini tentu saja hanya mitos belaka. Banyak orang yang berasumsi bahwa penderita skizofrenia akan selalu memiliki dualisme atau kepribadian ganda sebab daya halusinasinya yang tinggi. Faktanya dua penyakit gangguan mental ini berbeda.

Menurut WHO, skizofrenia ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri, dan perilaku. Distorsi tersebut dapat berupa halusinasi dan delusi.

Sementara gangguan identitas disosiatif sendiri merupakan kondisi ketika seseorang memiliki dua kepribadian atau lebih yang disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi secara berulang di masa kanak-kanak.

Orang Dengan Gangguan Kesehatan Mental Tidak Bisa Bekerja.

Pandangan mengenai orang dengan kesehatan mental tidak bisa bekerja juga merupakan mitos lama yang terus berkembang di masyarakat. Tentu saja mitos ini sangat tidak benar. Karena semua itu tergantung kondisi sang penderita.

Memang benar ada beberapa orang dengan kondisi kesehatan mental yang sangat parah sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan secara teratur.

Namun, perlu diketahui, mayoritas orang dengan masalah kesehatan mental masih bisa produktif sama dengan individu tanpa gangguan apapun.

 

Previous articleWarga Spam, Netflix Akan Edit Nomor Telepon di Squid game
Next articleOrang Tua Ayu Tin Ting Batal Penuhi Panggilan, Ini Penjelasan Polisi